Siapakah diri kita?, apakah ingin disebut sebagai pemimpin, pengusaha, atau ahli ibadah?. Ingin dinilai seperti apa diri kita oleh orang lain atau bahkan diri kita sendiri?. Sesungguhnya diri kita itu dapat tercermin dari kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Itulah salah satu nilai yang sebenarnya dimiliki.
Dari mana munculnya sebuah kebiasaan?. Kebiasaan berasal dari lintasan-lintasan pikiran yang berada di kepala kita. Oleh sebab itu, kita harus menjaga lintasan pikiran agar sesuai dengan kebiasaan yang ingin kita raih. Jangan sampai isi dari pikiran kita berisi hal-hal yang tidak penting atau di luar tujuan. Buah dari sebuah pikiran adalah ide atau gagasan. Gagasan yang diyakini bisa menjadi tekad. Tekad yang kuat dapat menggerakan badan untuk bertindak. Tindakan yang dilakukan secara rutin adalah kebiasaan. Kebiasaan yang telah berlangsung secara lama membentuk karakter atau nilai diri.
Pikiran dapat membuat kita memiliki arah dan tujuan. Ibarat lampu sorot yang dinyalakan di kegelapan, apa yang ada disekitarnya dapat dilihat dan dikenali. Wawasan yang didapat dan tujuan yang jelas memperkuat keyakinan tujuan, di saat kita menjalani proses di setiap harinya.
Paradigma apa yang efektif digunakan dalam berpikir?. Menurut buku 7 Kebiasaan Efektif karya Stephen Covey, berpikir dari dalam ke luar. Yakni berfokus dahulu dari introspeksi diri sebelum menyalahkan orang lain atau lingkungan. Fokus untuk memperbesar lingkaran pengaruh diri, yakni kapasitas untuk menyelesaikan masalah-masalah internal, dibanding terlalu mengkhawatirkan faktor eksternal.
Bagaima teknis dalam berpikir ?. Bisa di mulai dari berpikir tentang apa yang seharusnya kita pikirkan, lalu berpikir bagaimana memikirkan apa yang kita pikirkan itu, dan berpikir bagaimana seharusnya cara kita berpikir. Ada pendekatan bagaimana kita berpikir, yakni berpikir secara hirakis dan dimensional. Cara berpikir secara hirarkis dimulai dari bagaimana dimulai dari bagaimana kita menyerap informasi, lalu menguraikan atau menganalisanya menjadi item-item mikroskopik, lalu bisa merekontruksi atau membangun kembali menjadi sebuah pemahaman atas informasi yang utuh, hingga bisa mencipta atau berinovasi hal baru yang belum pernah ada. Sedangkan untuk cara berfikir dimensional bisa didekati dari dua sisi, yakni stratgis taktis, dan mikro dan makro.
Namun, bila berpikir terhenti pada pikiran-pikiran saja maka lama kelamaan pikiran akan menguap. Sehingga ide hanya menjadi sebuah omong kosong. Mesti ada langkah nyata langsung setelah proses berpikir, untuk mengikat apa-apa yang kita pikirkan sebelum direalisasi lebih jauh menjadi tindakan-tindakan. Langkah tersebut adalah dengan membuat sebuah tulisan. Tulisan menjadi jembatan dari keduanya dan dengan dengan tulisan pikiran menjadi lebih tervisualisasi dan pikiran menjadi terlacak.